10 Apr 2013

Renungan: Ternyata Sulit Melihat Kesalahan Sendiri

Diceritakan bahwa ada sepasang suami istri yang cukup bahagia, hubungan antara sang suami dengan istrinya tampak begitu harmonis. Mereka saling menghargai satu sama lain, mereka berbagi suka dan duka bersama, berbagi cerita bersama dan menghabiskan waktu bersama. Sang suami menjalankan tugasnya mencari nafkah dengan baik, sang istripun demikian, ia merawat rumah dengan baik pula. Mereka selalu berbagi, kecuali satu, sang istri menyimpan sebuah kotak misterius. Sang istri meminta kepada suaminya untuk tidak menanyakan ataupun berusaha mengetahui isi kotak misterius tersebut. Apa yang ada di dalam kotak tersebut hanya diketahui oleh sang istri seorang. Sang suami pun menghargainya, ia tidak pernah sekalipun menanyakan isi kotak itu, meskipun sebenarnya ia sangat penasaran. Hari berganti minggu, minggu menjadi bulan, bulan menjadi tahun dan pernikahan merekapun sudah lama dan kini mereka telah tua. Suatu hari sang istri jatuh sakit, karena kondisinya yang tua dan lemah ia tidak kunjung sembuh dari penyakitnya, namun suaminya selalu setia merawat dan menjaganya.

Suatu saat sang istri merasa waktunya sudah dekat, ia pun memanggil suaminya, lalu ia meminta suaminya untuk mengambil kotak misterius yang selama ini disimpan baik-baik oleh sang istri. Sejurus kemudian, ia berkata pada suaminya;

“Suamiku, terimakasih banyak atas semua pengorbananmu selama ini untukku”

Suami menjawab; “sudahlah sayang, semua ini memang sudah seharusnya aku lakukan sebagai suamimu”
Istri: “terimaksih sayang, engkau juga telah percaya padaku, engkau tidak pernah membuka kotak rahasia ini, bertanyapun tidak engkau lakukan demi menghormatiku”

Sang suami semakin terharu, ia merasa bahwa istrinya sudah hampir sampai pada waktunya, ia pun menangis tak bisa berkata apa-apa.

Tiba-tiba istrinya tersenyum kecil dan berkata: “sayang, bukalah kotak itu, aku memang ingin menunjukkannya padamu disaat terakhir seperti ini”

Sang suami semakin terharu. Beberapa saat kemudian ia pun membuka kotak itu dan melihat isinya. Ternyata, kotak tersebut berisi uang yang sangat banyak dan dua buah boneka rajut. Ia pun bertanya; “apa ini sayangku?”

Sang istri menjawab dengan suara parau; “suamiku, ketahuilah bahwa, boneka ini adalah boneka yang aku rajut setiap kali aku kecewa padamu, setiap kali aku sakit hati karenamu dan setiap kali engkau tidak meghargai pendapatku.”

Sang suami diam terpaku. Merenung cukup lama dan tiba-tiba menangis. Ia berkata: “sayang, jadi selama ini engkau hanya dua kali merasa kusakiti? Maafkan aku sayang, engkau sungguh sabar sebagi seorang istri, aku akan mengaku sekarang” ia terdiam sejenak, “sebenarnya aku merasa menyakitimu lebih dari dua kali sayangku, mungkin sudah beberapa kali aku menyakitimu sayangku”

Sang istri hanya tersenyum kecil mendengar pengakuan suaminya. Kemudian sang suami bertanya; “lalu uang ratusan juta ini dari mana? Uang apa ini sayang?”

Dengan tersenyum ringan sang istri menjawab; “suamiku, semua uang itu adalah hasil penjualan boneka rajut yang aku buat, dua yang terakhir tidak sempat kujual karena aku sakit”

Mendengar jawaban tersebut, sang suami bagai tersambar petir ia sangat malu, ternyata sudah banyak bahkan sangat banyak sekali boneka rajut yang telah dibuat oleh sang istri sebagai tanda banyaknya ia telah menyakiti hati istrinya. 

Sahabat, mungkin anda tertawa membaca kisah ini, atau mungkin anda bingung (karena belum faham maksudnya, hehe) ketahuilah, suami itu adalah gambaran diri kita, kita jarang merasa ketika kita menyakiti oran lain, sahabat kita, orang tua kita, rekan kerja kita, padahal siapa saja yang kita sakiti, itu akan membekas di dalam hatinya dan akan terus tercatat di dalam ingatannya.

Semoga bisa menjadi bahan renungan untuk kita semua, terutama untuk diri saya sendiri.

Kisah ini saya dapatkan saat mengikuti kajian mingguan (dengan sedikit modifikasi).

Tidak ada komentar:

Copyright by Iqbal Ali. Diberdayakan oleh Blogger.