5 Apr 2013

Menemukan Pahlawan Bangsa

Sebuah buku karya Anis Matta yang berjudul “Mencari Pahlawan Indonesia”, buku ini sudah berkali-kali saya baca dan selalu saya temukan nilai dan penyemangat baru, untuk selalu berbenah diri, terakhir buku ini dipinjam teman cukup lama, baru kemarin dikembalikan, sehingga saya coba2 lagi untuk membacanya, berikut ini artikel terakhir dalam buku tersebut yang berjudul sama dengan judul buku, yaitu ‘Mencari Pahlawan Indonesia’.  Saya ingin membaginya dengan pembaca sekalian,……

Mencari Pahlawan Indonesia:
Yang saya rasakan saat ini adalah dorongan naluri; bahwa negeri ini sedang melalui sebuah persimpangan sejarah yang rumit, sementara perempuan-perempuannya sedang tidak subur, mereka semakin pelit melahirkan pahlawan.

Saya tidak pernah merisaukan krisis yang melilit setiap sudut kehidupan  negeri ini. Krisis adalah takdir semua bangsa. Apa yang memiriskan hati adalah kenyataan bahwa  ketika krisis besar itu terjadi, kita justru mngalami kelangkaan pahlawan. Fakta ini jauh lebih berbahaya, disini tersimpan isyarat kematian sebuah bangsa.

Bangsa Amerika pernah mengalami depresi ekonomi terbesar dalam sejarah dari tahun 1929 hingga 1937. Selang lima tahun setelah itu, tepatnya tahun 1942, mereka memasuki perang dunia ke-2; dan mereka menang. Selama masa itu, mereka dipimpin oleh seorang pemimpin yang lumpuh, dan satu-satunya president yang pernah terpilih sebanyak empat kali, FD. Rosevelt. Tapi krisis itu telah membesarkan bangsa Amerika; selama masa depresi mereka menemukan teori-teori makro ekonomi yang sekarang kita pelajari di bangku kuliah dan menjadi pegangan perekonomian jagat raya. Mereka juga memenangkan perang dunia kedua dan berkuasa penuh di muka bumi hingga saat ini.

Itulah yang terjadi ketika krisis dikelola oleh tangan-tangan dingin para pahlawan, mereka mengubah tantangan menjadi peluang, kelemahan menjadi kekuatan, kecemasan menjadi harapan, ketakutan menjadi keberanian dan krisis menajdi berkah.

Lorong kecil yang menyalurkan udara pada ruang kehidupan sebuah bangsa yang tertutup oleh krisis adalah sebuah harapan. Inilah inti kehidupan ketika tak ada lagi kehidupan. Inilah benteng pertahanan terakhir bangsa itu. Tapi benteng itu dibangun dan diciptakan oleh para pahlawan. Mungkin mereka tidak membawa janji pasti tentang jalan keluar yang instant dalam menyelesaikan masalah. Tapi mereka membangun inti kehidupan; mereka membangun bara hidup dan kekuatan yang tertidur disana, di atas alas ketakutan dan ketidakberdayaan. Itulah yang dilakukan Rosevelt. Bangsa yang sedang mengalami krisis, kata Rosevelt, hanya membutuhkan satu hal, yaitu MOTIVASI. Sebab bangsa itu sendiri pada dasarnya mengetahui jalan keluar yang mereka cari.

Sebuah kehidupan yang terhormat dan berwibawa yang dilandasi keadilan dan  dipenuhi kemakmuran, masih mungkin dibangun di negeri ini. Untaia Zamrud katulistiwa ini, masih mungkin dirajut menjadi kalung sejarah yang indah. Tak peduli seberapa berat krisis yang menimpa kita saat ini.  Tidak peduli seberapa banyak kekuatan asing yang menginginkan kehancuran bangsa ini.

Masih mungkin. Dengan satu kata; PAHLAWAN. Tapi jangan menanti kehadirannya atau menggodanya untuk datang kesini. Sekali lagi jangan pernah menunggu kehadirannya seperti orang-orang lugu itu, mereka menunggu Ratu Adil yang  tidak pernah datang.

Merka tidak akan pernah daang. Mereka bahkan sudah ada di sini. Mereka lahir dan besar di negeri ini.  Mereka adalah Aku, Kau dan Kita semua. Mereka bukan orang lain.

Mereka hanya belum memulai. Mereka hanya perlu berjanji untuk merebut takdir kepahlawanan mereka; dan dunia akan menyaksikan bahwa gugusan pulau-pulau ini akan menjelma menjadi untaian zamrud kembali yang menghiasi leher sejarah.
Cover buku Anis Matta “Mencari Pahlawan Indonesia”

Mantab na artikelnya, yang cukup menyadarkan saya untuk menjadi bagian dari suksesnya para pahlawan, ya kita ini pahlawan yang tidur itu, kita mau bangun dan menyambut takdir kepahlawanan kita, atau terus tidur hingga sampai waktu kita….?

Ayo Pahlawan, ikut bersama memajukan bangsa Indonesia, InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Copyright by Iqbal Ali. Diberdayakan oleh Blogger.