28 Feb 2013

Antara Otak, Otot dan Hati



Ukuran tubuhmu tidak penting; Ukuran otakmu cukup penting;Ukuran hatimu itulah yang paling penting - BC Gorbes – Statemen di atas merupakan sesuatu yang layak untuk kita renungkan. Dahulu ketika jaman ‘jadul’ orang yang bertubuh kekar, besar dan kuat akan berharga mahal karena dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan berat, namun seiring berkembangnya jaman, orang bertubuh besar dikalahkan oleh orang-orang berotak besar (cerdas), terbukti banyak pemimpin-pemimpin bangsa, pemikir-pemikir yang namanya tak lekang dimakan zaman, mereka adalah orang-orang bertubuh kecil, contohnya saja Stephen hawkins, tokoh fisika kontemporer tersebut begitu dihormati dan dihargai karena kecerdasannya, padahal ia adalah seorang yang lumpuh tak berdaya, bahkan unmtuk bicara saja ia kesulitan, di Indonesia ada BJ Habibie dan banyak lagi. Mereka semua bukanlah orang-orang yang
berbadan besar tetapi mereka adalah orang-orang yang berotak besar.


Namun kini orang-orang pintar tidak begitu saja sukses, karena sesungguhnya masih ada yang lebih penting lagi dari hanya sekedar badan yang besar atau otak yang besar atau cerdas, yaitu hati yang besar, hati (emosi) telah memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan hidup manusia, dan itu telah terbukti.

Banyak sekali kisah tentang kecerdasan emosi yang telah disampaikan dalam training-training menejemen emosi, salah satunya adalah kisah yang saya dapatkan ketika mengikuti training ESQ ini;

Alkisah beni adalah seorang yang tak terlalu pintar, nilai-nilai kuliahnya pas-pasan bahkan sedikit ‘menghawatirkan’, ia memiliki teman yang bernama bobby, booby adalah seorang yang pintar, nilai A adalah makanan sehari-hari baginya, bobby menjadi bintang dalam setiap mata perlajaran di kelas.

Beny mengalami satu masalah, ia kesulitan lulus untuk salah satu mata pelajaran, sampai ia terpaksa mengulangi mata pelajaran tersebut berkali-kali, namun nilainya tetap saja menghawatirkan. Namun setelah ujian yang kesekian kalinya, akhirnya beni mendapatkan nilai A minus. Beny sangat gembira, ia mengabarkan kesuksesannya ini keseluruh kelas, ia membangga-banggakan nilai yang didapatkannya. Sampai ia dihadapan Bobby, agak ragu ia menghapiri Bobby namuin akhirnya ia menyampaikan perihal keberhasilannya tersebut kep[ada Bobby, dengan berharap bobby akan memberikan ucapan selamat kepadanya. Namun diluar dugaan, Bobby malah berkata dengan sinis,
‘huh, Cuma dapat A minus aja, udah girang, gua tiap hari dapat A biasa aja!”
Hati Beny langsung hancur, ia sangat sedih dan kecewa. Beny merasa tak berhargha setelah mendengarkan kata-kata Bobby.
Sampai datanglah Joko, Joko adalah teman Beny, nilainya biasa saja. Namun joko dating dan menghibur Beny
“Udahlah Ben, nilai A minus itu adalah hasil usaha kerasmu, itulah hasil terbaik yang dapat kamu perjuangkan, kamu harus bangga atas itu” ujar jokop membesarkan hati Beny. Benypun ceria kembali, ia melupakan perkataan Bobby dan kembali beraktifitas, setelah berterimakasih kepada Joko.
Dari kisah ini, terdapat perbedaan anatara Bobby dan Joko. Bobby adalah seorang yang cerdas (intelegensi tinggi) sedangkan Joko bukanlah orang dengan IQ tinggi, tetapi ia memiliki hati yang besar. Jokolah yang memberi ketenangan di hati Beny, orang seperti Joko inilah yang dicari saat ini.
Hati itulah intinya!!!!!!

Tidak ada komentar:

Copyright by Iqbal Ali. Diberdayakan oleh Blogger.